TUTUR TINULAR
Episode KIAMAT DI ATAS KURAWAN
PT. GENTA BUANA PITALOKA Film Production sebagai Produsen sinetron-sinetron laga klasik yang selalu mengangkat budaya dan sejarah bangsa Indonesia kini telah mengalami kemunduran (mungkin dalam semua bidangnya).

Dahulu kala rumah Produksi yang dimotori oleh Budi Sutrisno ini bernama GENTA BUANA PITALOKA, pada tahun 1990-an Production House ini berhasil merebut jutaan mata penikmat tayangan televisi dengan sinetron Produksi pertamanya yaitu Singgasana Brama Kumbara yang tayang di ANTV, cerita ini merupakan visualisasi sebuah Karya Sandiwara Radio besutan NIKI KOSASIH yang teramat popular pada pertengahan tahun 80-an hingga saat ini (karena gaungnya tidak pernah hilang). Keberhasilan sinetron laga klasik yang mengusung setting Kerajaan Pasundan ini kemudian menginspirasi GENTA BUANA untuk memproduksi sinetron dengan genre yang sama.

Budi Sutrisno selaku produser di sini juga sangat bijak dalam memilih orang-orang untuk dilibatkan didalamnya, ini sangat terbukti dengan setting dekorasi yang bagus, Fighting scene yang keren, Make Up artis yang “sesuai” dan juga iringan Music yang menghentak sungguh membuat jantung berdetak kencang. Karya-karya yang dihasilkan GENTA BUANA setelah keberhasilan Singgasana Brama Kumbara antara lain, TUTUR TINULAR , TUTUR TINULAR 2, MISTERI GUNUG MERAPI, ANGLING DHARMA, KARMAPALA, MAHABHARATA, WALI SONGO, KERIS EMPU GANDRING dan lain-lain.
GENTA BUANA semakin bergeliat dengan hebat, hampir setiap malam ada saja sinetron dari PRODUCTION HOUSE ini yang menghiasi Layar Kaca, rating juga selalu berada di atas, keberhasilan ini juga tidak lepas dari kebijakan produser  untuk menggunakan orang-orang berkualitas yang ahli dalam tata sinema klasik, dalam banyak karya yang dikeluarkan Genta Buana Pitaloka, setiap set decor maupun indahnya adegan laga yang tersaji adalah hasil kerja dari orang nomor satu dibidangnya, seperti Soemantri Jelitheng selaku pemegang Penata Artistik dengan indahnya dia membuat Istana Majapahit yang teramat megah menjadi seperti benar-benar istana sungguhan dan tentu saja membuat sinetron TUTUR TINULAR yang kala itu tayang menjadi sangat diminati, demikian juga untuk adegan laga tidak tanggung-tangung mereka mengusung nama Edy S. Jonathan, dia adalah mantan pemain film laga yang sudah cukup lama berpengalaman di bidangya, sampai detik ini menurut saya sendiri belum ada tandingan bagi dia sebagai penata laga dalam sinetron atau film.

Berbicara mengenai karya Genta Buana Pitaloka, yaitu Tutur Tinular karya S.Tijab yang ngetop duluan sebagai sandiwara radio di tahun 80-an ini digarap oleh Genta Buana dengan sangat serius kala itu. Jalan cerita yang memang sangat rumit memang harus di pegang oleh orang yang berkelas, sinetron ini digarap oleh Genta Buana bekerja sama dengan Cho Cho Studio Beijing China dan juga CCTV China. Sinetron ini juga melibatkan pemain dari dalam negeri sendiri maupun artis dari negeri tirai bambu tersebut. Jalan cerita yang yang juga mengandung banyak sekali muatan sejarah nusantara ini juga melibatkan cerita mengenai tentara Mongolia yang datang ke tanah jawa kala itu.

Untuk hal ini jugalah Genta Buana rela untuk “mengungsikan “ sebagian kru dan pemainya untuk menetap di China beberapa waktu guna pengambilan gambar di sana, penggunaan kamera yang memang sekali lagi sesuai dengan genre menghasilkan latar belakang kerajaan Kaisar Khubilai Khan sangat megah tidak kalah dengan cerita asli china The Red Clift, keindahan pegunungan, sungai dan pagoda pada adegan Mei Shin dan Lou Shie Shan berdayung sampan juga sangat mempesona, tidak ketinggalan juga adegan laga yang sangat memukau hasil besutan Edy S Jonathan dan sutradara dari negeri China menghasilkan Adegan-adengan laga yang tak terlupakan. Bahkan produk obat flu Neozep Forte saat itu sempat menggunakan adegan laga Mei Shin, dan mendapuk Arya Kamandanu (Anto Wijaya) dan Mei Shin (Lee Yun Juan) sebagai bintang iklan dan brand ambasadornya.

Lama tidak kedengaran ceritanya mengenai sinetron-sinetron laga, atau mungkin genre ini sedang tenggelam jauh, maka Genta Buana Pitaloka juga menghilang, Produksi yang tayang selama ini sejak genre kolosal mati suri hanya FTV dengan  kesan murahan dan tidak berbobot, nama Genta Buana Pitaloka pun berubah seiring perubahan format produksinya ibaratnya dari kelas PIALA OSCAR ke kelas PIALA CITRA menjadi Genta Buana Paramitha.

Baru-baru ini menjelang penghujung tahun 2011 , tidak disangka dan diduga, PT. Genta Buana Paramitha meluncurkan Produksi terbarunya, yang kabarnya sangat spektakuler, menelan dana tidak kurang dari 18 Milyar. Hasil karya S.Tidjab yang pernah di buat sinetronnya pada 1997 oleh nya sendiri ini di buat ulang dengan bandrol TUTUR TINULAR VERSI 2011,… wow… ternyata bukan hanya White Snake Legend saja yang punya judul White Snake Legend 2010, tetapi ternyata ada juga TUTUR TINULAR VERSI 2011 . Wah… berlembar-lember angin surga seperti meniup wajahku...., aku teramat bahagia seperti aku dibawa kembali kemasa kecilku dulu yang indah, dimana aku tidak ada kerjaan lain selain belajar dan menonton TV tiap malam yang salah satu malamnya menantikan tayangan Tutur Tinular yang dahulu kala, kemudian paginya bercerita seru di sekolah. Aku juga membayangkan betapa bagusnya nanti (sudah pasti…aku pede banget), karena versi yang tahun 1997 saja sudah sangat bagus, set décor megah, adegan laga spectacular make up dan kostum cuuucoook, dan shooting hingga ke negerinya Kwee Cheng sana, gimana versi 2011 nya.. bayangan ku Mei Shin akan di perankan oleh pemeran Xiau Lung Nu versi 2006.

Pertama kali lihat trailernya yang beberapa hari sebelum tayangan perdana di puter mulu oleh indosiar, saya sedikiiiiiiiiiitttt punya pikiran atau lebih tepatnya lagi memiliki firasat tidak baik, adegan yang disuguhkan dalam trailer itu 98% adegan laga,… dalam adegan laga pada trailer tutur tinular 2011 itu aku tidak melihat ada sentuhan Edy S. Jonathan sama sekali, terus sekelebat ada prajurit berlarian kok aku melihat ada orang berbusana mataram,..? memang adegan nya lumayan bagus apa lagi ketika seorang dengan pedang ditangan kemudian melayang tinggi sekali dan di iringi 4 orang bersenjata menggunakan topi pemetik teh melayang di sekelilingnya.. itu baguuuussss sekali, namun aku sempat berpikir .. kok seperti bukan Produksi genta Buana yaaa.. aku berkali-kali lihat trailernya dengan seksama satu persatu muka pemain yang bergerak cepat itu aku perhatikan .. aku bergumam “..mmmm ini pasti buatan diwangkara film..”, karena pemainya muda-muda semua.. tapi bodo ah.. yang penting aku bisa ketemu lagi dengan Mei Shin.. begitu kata hati saya.

Saya lupa hari itu hari apa saat penayangan perdananya, pokoknya saat itu adalah hari kerja, aku dikantor gelisah, ingin segera pulang dan kemudian duduk manis depan TV sambil merokok menantikan Tutur Tinular Versi 2011 , bahkan di account FB saya, saya sudah seperti yang punya stasiun TV saja, berkali kali tiap hari saya tulis di wall..”jangan lupa saksikan Tutur Tinular Versi 2011 ya di indosiar.. nanti malam jam  20.30 WIB…” begitu aku tulis. Saat yang aku tunggu pun tiba, tayangan ini mulai di tumpahkan ke layar indosiar, aku sudah duduk manis dari jam 6 sore, sedikit terkejut ketika opening ternyata ini karya buatan PT. Genta Buana Paramitha, nama “Paramitha” dibelakang genta membuat hatiku dihinggapi perasaan khawatir “jangan-jangan nanti ada kala jengking… atau ular raksasa.. atau binatang ini itu.. dan ada orang nyanyi dangdut…” serius.. aku sempat berpikir seperti itu yaaa kurang lebih 50 detik lah, tapi aku sekali lagi menepis prasangka itu, tuh dah mulai main..  belum selesai saya terkejut tadi kemudian terkejut lagi ketika melihat para pemain berbusana Mataram Islam kemudian set bangunan juga seperti dikerjakan oleh orang-orang yang tidak tahu apa-apa, berantakan dan kasar serta warna yang tidak natural.

Adegan berantem yang aku lihat di trailer itu tiba-tiba seperti mimpi yang tidak dapat diulang lagi, ternyata faktanya saat adegan laga di sini banyak yang dibuat slow motion, kemudian di awal kisah aku sampai bingung sebetulnya ini cerita bermula dari mana.. atau saya yang tidak tahu cerita awalnya. Hingga episode pertama berakhir, aku pun merasa malu dengan rekan saya yang memang menemani saya nonton, dia komentar terus mengenai busana, dan juga hiasan naga yang tidak mungkin sekali harus ada. Namun di hatiku berbicara, ah.. baru episode awal, mungkin ceritanya dikembangkan di depan, nanti pasti balik ke rel nya, namun setelah hampir 10 hari saya menonton sinetron ini saya merasa memang ini bukan tutur tinular , aku mulai kecewa karena jalan cerita tidak se titik pun menyentuh jalan cerita asli, tokoh-tokoh utama pun hanya beberapa orang yang muncul, sedangkan nama seperti Mei Shin dan Sakawuni yang ibaratnya tulang punggung cerita Tutur Tinular itu tidak memungkinkan akan muncul, tidak ada tanda-tandanya untuk kemunculannya itu. Malah tokoh-tokoh lain yang tidak ada dalam cerita dimunculkan seperti Raden Bentar dari Saur Sepuh, malah yang membuat tangan ku ini gatal ingin membanting TV saya adalah keluarnya bocah-bocah ingusan yang menyebalkan sekali, mereka adalah Krishna dan Kansa, ya tuhan.. ini adalah kisah india kenapa bisa numpang ngetop di Tutur Tinular , mereka itu anak-anak tidak berdosa namun kalau melihat dia sumpah saya akan jitak kepalanya… menjijikan!!!!!.

Belum selesai dongkol hati ini akibat kemunculan bocah-bocah itu ehhhh ada burung bisa ngomong, bagus kalau burung itu jelmaan tokoh yang memang ada di Tutur Tinular , tapi ini burung adalah burung padmini yang memang tidak ada orang kenal sebelumnya, sudah deh … selamat datang kisah sinetron pujaan para ibu dan pembantu seperti Tersanjung dan Cinta Fitri menyusup ke sini, kemudian lebih banyak kejanggalan yang ada di sini yang memang malas aku sebut satu satu. Sekarang saya menonton sinetron yang saat ini sedang ngetop dengan sebutan SINETRON SAMPAH ini hanya beberapa menit, dan saya sudah paham apa yang akan terjadi selama dua jam mendatang sesudah itu aku menonton siaran lain, tapi walau sampah begitu ternyata sinetron ini booming lho di internet tuhhhhh… sampai ada spanduk khusus buat dia, sinetron lain mana ada yang di buatkan spanduk khusus, blog khusus atau Fans Pages dan account FB serta Tweeter khusus… Cuma ini Tutur Tinular Versi 2011 yang punya,… benar-benar mendapat CITRA… (tetep citara buruk). Pada halaman FB Tutur Tinular 2011 itu hanya berisi cacian dan sumpah serapah untuk karya ini .., karena sinetron bedebah ini telah melenceng jauh dari fakta asli, sutradara maupun penulis sekenario yang sekarang mengganti nama karena takut di jambak-jambak orang satu Negara ini  telah menghilangkan 100% muatan sejarah yang ada dalam karya S.Tijab ini menjadi sebuah tayangan paling MENJIJIKAN sepanjang peradaban manusia dari jaman ATLANTIS sampai jaman ALAMAT PALSU AYU TING TING ini. Kalau ada pepatah mengatakan “tiada kata seindah doa” maka buat hasil karya pattel ini “tiada kata selain BIAAAADAAAAABBBBB !!!!!!!!”

Semakin hari semakin jengkel melihat tayangan sinetron sampah ini, sudah alur cerita dibawa kemana-mana gak jelas, ditambah lagi para bocah ABG yang memang sudah bodoh dan goblok dari kandungan biyung mereka itu berteriak histeris …. Ooooohhhh kak rrrrrriiiiiiiicooooooo… ganteng bangetsih……., NAJIS TRA LA LA…. Ingin aku muntah di muka mereka kemudian aku garuk pakai cangkul. Sudah seperti itu admin pengelola FP juga seperti orang yang tolol, semua tidak pernah menanggapi dengan serius, bahkan dari beribu-ribu tulisan yang di posting ternyata tidak membuat sedetikpun tayangan biadap itu berubah ke jalan yang benar…, sekarang tidak ada jalan lain, kalau begini terus bisa-bisa toko elektronik panen untung besar karena banyak orang membanting tv dan beli pesawat tv baru, oke kita harus bahu membahu untuk memBOIKOT tayangan SAMPAH ini… mereka sutra dara dari INDIA biadap itu telah membelokan cerita ini seperti kereta jurusan Jakarta – Surabaya yang dibelokan kea rah banjar masin, entah gimana caranya mau masuk laut juga bodooooo amat. Sekarang sudah banyak gerakan secara online untuk memBOIKOT sinetron tidak bermutu ini, mulai dari Facebook, Kaskus, Blog dll.

Ayo untuk semua dukung gerakan ini untuk menghentikan penayangan KARYA SAMPAH SINETRON BIADAP BESUTAN SUTRADARA BEROTAK KAMBING DARI INDIA … TUTUR TINULAR VERSI 2011 ini, jangan ragu, tulis komentar kalian sesuka hati terus dukung pemboikotannya, semoga saja ada tindakan tegas dari KPI untuk hal ini…