1 Oktober
Santo Remigius,
Uskup dan Pengaku ImanRemi atau
Remigius lahir di Prancis pada tahun 435. Pada umur 22 tahun, ia dipilih
umat menjadi Uskup Reims, Prancis. Pilihan umat ini diterimanya dengan
perasaan enggan karena ia merasa dirinya tidak layak. Tetapi di kemudian
hari dalam seluruh hidupnya sebagai uskup terbukti bahwa pilihan umat
atas dirinya sesungguhnya merupakan suara Tuhan sendiri.
Uskup Remi
berbadan tinggi, bersikap tenang dan agung, ramah dan lembut terhadap
siapa saja yang ditemuinya. Ia juga pintar, pandai berkotbah, dan murah
hati terutama kepada orang-orang miskin. Sebagai uskup, ia berusaha
sekuat tenaga untuk membawa bangsa Prancis, yang sebagian besar masih
kafir ke pangkuan Kristus. Untuk itu tidak mengesampingkan pendekatan
dan hubungan yang baik dengan raja dan para bangsawan Prancis. Ia
berhasil dalam usaha kerasulan dan penginjilan bangsa Prancis itu,
berkat doa dan teladan hidupnya, kotbahnya yang menyentuh hati umat, dan
semua mujizat yang dilakukannya dalam nama Kristus Tuhan.
Pada malam
Natal tahun 496 ia mempermandikan Raja Prancis, Klovis I bersama 3000
orang pembantunya. Remi memimpin keuskupannya selama 70 tahun lebih.
Ketika ia meninggal dunia pada tahun 534 sebagian besar warga kerajaan
Prancis sudah dikristenkan olehnya. Oleh karena itu ia diberi gelar
'rasul' negeri Prancis.
Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus,
Perawan dan Pelindung Karya MisiMaria
Francoise Therese Martin lahir di Alencon, Prancis pada tanggal 2
Januari 1873. Theresia adalah puteri bungsu dari keluarga saleh Louis
Martin dan Azelie Guerin. Ayahnya seorang pembuat arloji di kota
Alencon. Sepeninggal isterinya, ia bersama anak-anaknya pindah ke
Lisieux. Kematian ibunya menimbulkan shock besar pada Theresia sebagai
puteri bungsu. Terpaksa kakaknya, Pauline, menggantikan kedudukan ibunya
untuk merawat dan memperhatikan perkembangannya.
Theresia sangat
dikasihi ayahnya. Ia diberi macam-macam julukan: 'Theresia Kecil',
'Bungsu Kecil' dan 'Ratu Kecil'. Pada tahun 1881 sampai 1885, ia belajar
di sekolah Suster-suster Benediktin. Ia sangat perasa dan cepat
menangis sehingga teman-temannya tidak akrab dengannya. Ia semakin
menjadi perasa sewaktu kakaknya Pauline masuk biara Karmelit di Lisieux
pada bulan Oktober 1882. Theresia jatuh sakit karena keberangkatan
Pauline itu. Theresia disembuhkan secara ajaib. Sementra kakak-kakaknya
berlutut disamping tempat tidurnya untuk berdoa bagi kesembuhannya,
patung Bunda Maria yang berada di depannya tiba-tiba tersenyum padanya.
Penyakit itu hilang seketika meskipun sifat perasa masih tetap ada.
Sifat itu baru mulai hilang karena nasehat ayahnya ketika mereka
menghadiri upacara malam Natal tahun 1886. Semenjak itu, ia mulai
semakin sadar akan keburukan dari sifatnya yang manja dan lekas
tersinggung itu. Ia sadar bahwa ia sudah mulai remaja dan lebih dari itu
bahwa sifat kekanak-kanakan itu tidak cocok bagi seorang wanita yang
bercita-cita menjadi suster. Saat kesadarannya ini - kemudian dalam
autobiografinya - disebutnya sebagai saat ber-rahmat yang mengawali
kehidupannya yang baru. Katanya dalam buku itu: "Yesuslah yang merubah
diriku."
Semenjak itu ia mulai sadar bahwa dirinya dipenuhi karunia
Roh Kudus. Ia sadar pula bahwa dia harus mengabdikan seluruh-hidupnya
kepada Tuhan. Kerinduannya untuk bersatu dengan Kanak-kanak Yesus
sangatlah besar, dan karena itu di kemudian hari setelah ia digelari
'kudus', ia dinamai 'Theresia dari Kanak-kanak Yesus' dan Theresia dari
Lisieux'. Kepada Yesus ia berjanji tidak akan pernah segan melakukan apa
saja yang dikehendaki Tuhan dari padanya.
Kerinduannya itu terungkap
dalam salah satu doanya berikut ini: "Yesus, tentu Engkau senang
mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya ini
mainanMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak
Kausepak kian kemari, silakan!' Dan kalau hendak Kautinggalkan di pojok
kamar lantaran bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan
setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu. . .O, Yesus, tentu itu sakit
sekali, namun terjadilah kehendakMu!" Inilah doa Theresia Martin kepada
Kanak-kanak Yesus yang sangat dirindukannya tetapi belum bisa
disambutnya karena umurnya baru 7 tahun.
Orangtua Theresia baik
sekali terhadapnya bersama saudara-saudaranya yang lain. Mereka semua -
ada lima orang - menjadi suster. Betapa bahagia hati Theresia, ketika
pada umur 12 tahun boleh menyambut Tubuh Yesus untuk pertama kalinya. Di
hadapan sebuah salib, ia berjanji: "Yesus di kayu salib yang haus, saya
akan 'memberikan air kepadaMu. Saya bersedia menderita sedapat mungkin,
agar banyak orang berdosa bertobat." Pendosa pertama yang bertobat
berkat doa Theresia ialah seorang penjahat kakap yang dijatuhi hukuman
mati tanpa menyesal, namun akhirnya ia bertobat juga di hadapan sebuah
salib sesaat sebelum menjalani hukuman.
Kerinduan Theresia yang
begitu besar pada Yesus mendesak dia untuk menjalani kehidupan khusus
sebagai seorang biarawati, mengikuti teladan 4 orang saudaranya yang
sudah lebih dahulu menjadi suster. Tetapi ia belum bisa diterima karena
umurnya baru 14 tahun. Ia tidak putus asa. Ia. berziarah ke Roma bersama
orangtuanya. Dalam audiensi umum dengan Bapa Suci, ia dengan berani
meminta izin khusus dari Bapa Suci untuk menjadi suster. Permintaannya
itu dikabulkan dan dia boleh masuk biara pada umur 15 tahun. Ia diterima
dalam biara Suster-suster Karmelit di Lisieux, Prancis. Kedua kakaknya
sudah lebih dahulu di biara itu. Sembilan tahun lamanya, ia hidup
sebagai suster biasa. Sebagaimana suster muda lainnya, ia melaksanakan
tugas dan doa harian, harus mengatasi perasaan tersinggung, marah, rasa
iri hati dan memerangi kebosanan serta bermacam ragam godaan lahir
maupun batin. Untuk mencapai kesempurnaan hidup, ia memilih 'jalan
sederhana' berdasarkan ajaran Kitab Suci: hidup selaku seorang anak
kecil, penuh cinta dan iman kepercayaan akan Allah dan penyerahan diri
yang total dengan perasaan gembira. Demi cita-cita itu, ia melakukan
hal-hal kecil dan kewajiban-kewajiban sehari-hari dengan penuh
tanggungjawab karena cinta kasihnya yang besar kepada Allah Bapa di
surga.
Ia sedih sekali melihat banyak orang menyakiti hati Yesus
dengan berbuat dosa dan tidak mau bertobat. Untuk mempertobatkan
orangorang berdosa itu, ia mempersembahkan dirinya sebagai korban
penyilih dosa-dosa. Ia rajin berdoa dan melakukan tapa bagi semua orang
berdosa. Ia juga berdoa bagi para misionaris dan kemajuan Kerajaan Allah
di seluruh dunia.
Theresia akhirnya menderita sakit paru-paru yang
parah. Selama dua tahun lamanya ia menanggung beban penderitaan itu
dengan gembira. Penyakit ini kemudian merengut nyawanya pada tanggal 30
September 1897 di biara Lisieux. Sebelum menghembuskan nafasnya, ia
berjanji untuk menurunkan hujan mawar ke dunia. Janji ini benar
terpenuhi karena banyak karunia Allah diberikan kepada semua orang yang
berdoa dengan perantaraannya.
Theresia meninggal dunia dalam usia
yang sangat muda, 24 tahun. Ia mewariskan catatan riwayat pribadinya
yang ditulis atas permintaan ibu biara: "Kisah suatu Jiwa." Di dalamnya
ia menunjukkan bahwa kesucian hidup dapat dicapai oleh siapa saja,
betapa pun rendah, hina dan biasa orang itu. Caranya ialah melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh cintakasih
yang murni kepada Tuhan. Theresia adalah seorang Suster Karmelit yang
terkenal di Prancis pada abad 20. Pada tahun 1925, ia digelari sebagai
'santa' oleh Paus Pius XI (1922-1939) dan diangkat sebagai 'Pelindung
Karya Misi Gereja'. Kemudian oleh Paus Pius XII (1939-1958), Theresia
diangkat sebagai 'Pelindung Prancis'.
Santo Romanus dari Italia,
Pertapa
Romanus dikenal sebagai seorang
pertapa dan biarawan yang hidup di gurun pasir dekat Subiaco. Ia sangat
berjasa kepada Santo Benediktus yang sedang mencari jalan kesempurnaan
hidup di padang pasir dekat pegunungan Subiaco. Romanus-lah yang
memberikan bimbingan dan nasehat serta menunjukkan kepada Benediktus gua
pertapaan yang jauh dari keramaian. Selama Benediktus bertapa di gua
itu, Romanus yang menghantarkan makanan kepadanya.
Konon Romanus
pergi ke Auxere, Prancis untuk membebaskan bangsa Vandal yang membanjiri
Italia. Di sana ia mendirikan biara Fontauge. Ia wafat pada tahun 550
dan relikuinya disimpan di Auxere Sens dan Vareilles