Chapter
5
City
of Apple
Perjalanan
yang melelahkan telah kami tempuh, dengan iringan matahari yang mulai
menguning yang menandakan sebentar lagi akan tenggelam. Deru suara
mesin motor hendrik yang semakin kencang terdengar menambah suasana
semakin berisik dijalanan. Lalu lalang pengguna jalan yang semakin
banyak ketika kami memasuki jalanan utama di Kota yag terkenal dengan
buah apelnya.
Kota
Batu namanya, ya memang terdengar aneh bagiku karena namanya tidak
sesuai dengan keadaan di kota ini. Hawa dingin menyergap seluruh
tubuh kami, memaaksa kami untuk berhenti hanya untuk sekedar menyulut
rokok yang tadi siang masih sisa beberapa biji. Asap mengepul dari
mulut kami masing-masing. Mungkin beberapa dari kami termasuk aku
masih merasa asing dengan suasana kota ini. Hamper semua jalan tidak
ada yang sepi, penuh dengan kendaraan-kendaraan besar. Terasa sesak
bagi kami walaupun saat ini kami menghirap rokok yang menurut dokter
tidak baik untuk kesehatan.
“
he kapan kita makan aku sudah laper nih??? ”, kata hendrik sambil
menghisap dalam-dalam rokoknya yang sudah habis. “ nggak tau
aku….kayaknya mahal makan disini.”, sahutku sambil melihat hp ku
siapa tahu ada sms dari cwewk idamanku. “ waduh iyo..kayk’e mahal
yow ..waduh gak cukup duitku kalau buat beli bensin aja masih
kurang”. “ udah tenang aja ntar kalau udah nyampek ndk biara,
kita bias makan sepuasnya ditemani sama suster-suster biara yang
cantik-cantik..he..he..”, tiba-tiba Markus menanggapi obrolan kami.
“ oke boleh juga hahahahaa “. Teriak Hendrik sambil langsung
menyalakn motornya lagi.
“brrrrrr…dingin
banget sih”, gumamku sambil memagni handphone yang dari tadi masih
menunggu sms yang belum dibalas-balas. Jalanan menanjak seakan
semakin menunjukkan suasana dingin yang beleum pernah ku rasakan.
Suasana dingin bercampur seram yang membuat bulu kudukku merinding.
Pohon-pohon besar, bangunan tua yang tidak terpakai serta bekas-bekas
pabrik yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya semakin menambah
suasana yang membuatku kangen dengan kampong halamanku.
Saat
kami melewati perempatan jalan tiba-tiba Markus berhenti, sepertinya
anak itu lupa dengan jalannya. “ napo maneh kus tikus…??”,
teriak Dalbert. “ swory nyo..kayaknya aku lupa sama jalannya,
bentar yow aku tak Tanya orang dulu”, jawab Markus sambil berjalan
menuju kerumunan tukang ojek dipinggir jalan. Dari jauh ku lihat
tukang ojek itu menunjuk-nunjuk tangannya kearah atas, tapi yang
membuatku heran kenapa ada tukang ojek disini padahal jalananya
terlihat sepi disini. Dan satu hal lagi yang membuatku heran
terdengar dari jauh suara tukang ojek itu seperti menawarkan villa
untuk tepat menginap. “ waduh nginep ndk villa ndrik, duitmu
piro…??”, tanyaku. “ hahahaa nggak ngerti tow kamu, kalau ndk
sini tuh orang nawarin villa biasanya selain untuk libiran keluaraga
juga buat urusan yang itu-itu lho..”’ Hendrik nyengir. “
maksudmu opo le…???”, tanyaku enggak paham. “ westalah entar
lak ngerti dewe kamu…”, jawabnya singkat.
“hadeeh..aku
kok kayak orang bodoh banget sih baru nyadar aku…”, gumamku dalam
hati. Markus dating sambil nyengir lagi ( kok dari tadi adegannya
banyak yang nyengir sihh…..!!!). “ ayo lanjut udah deket
tempatnya..”, teriak Markus sambil menaiki motornya. “
suwiiii….!!”, teriak dalbet. Akhirnya perjalanan dilanjutkan lagi
menuju tempat yang masih terasa asing bagiku yang anak kampong ini.
Sudah
25 menit perjalanan tapi masih belum sampai juga tempat yang
dimaksudkan markus. Bebrapa pos Polisi kami lewati dengan rasa
was-was karena takut ditilang. Drrrrrt
drrrrtttt hapeku
bergetar-getar terus, lalu kulihat ternyata Dwi menelfon. “
halo….aku masih ndk jalan nanti aja ya aku telfon balik kalau udah
nyampe…”, Teriakku sambil memegangi helmku takut terjatuh.
Nafasku tersengal-sengal karena kemasukkan oleh hewan-hewan kecil
yang berterbangan di jalan, menandakan hari sudah mau petang. Setelah
melewati beberapa belokan kami masuk ke sebuah gerbang yang
bertuliskan BIARA SUSTER KASIH. Nah mungkin inilah tempat yang
dimaksudkan oleh Markus. Tempatnya sangat luas semuanya penuh dengan
pohon-pohon pinus dan cemara yang membuat suasana ditempat ini
seperti di surge ( lebayyy….).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar