Chapter
7
Aku,
Andrew, dan Jiho ( kasus disekolah part 2 )
Pagi
itu jalanan masih sepi sekali, ketika aku melangkahkan kaki menuju
sekolahku yang tidak begitu jauh dari tempa kosku. Pasukan kuning
masih terlihat melakukan tugasnya, membersihkan daun-daun yang
berguguran di pinggir jalan. Mereka melakukannya dengan baik tanpa
pamrih semua samapah yang berada dijalanan kota mereka bersihkan.
Gerbang sekolah masih baru dibuka oleh pak satpam yang berkumis
tebal.
Hari
ini mata pelajaran olahraga, banyak teman-teman yang sudah berada
dikelas menyiapkan perlengkapan olahraga. Ada yang masih asyk
memainkan hapenya, ada juga yang kelihatan bingung karena kostum
olahraganya ketinggalan. Akupun masuk kelas dan langsung duduk di
bangku paling belakang, disitu sudah ada teman sebangkuku Andrew
namanya. “ he “, sapaku singkat. “ he blew..”,sahtnya
menggunakan bahasa akrab kelas kami. Mungkin kata “blew” tidak
lazim digunakan atau didengar di lingkungan sekolah, sebenaranya kata
“ brew “ berasal dari plesetan “ brow “ yang karena salah
pengucapan jadi “ brew “ tapi entah sejak kapan jadi “ blew “
terasa enek didengar.
TTEEETTTEEETTT……bel
berbunyi yang menandakan kami harus segera keluar kelas menuju
lapangan basket ubtuk segera melakukan pemanasan ringan yang dipimpin
lengsung oleh guru kami pak Eko. Bebrapa gerakan kelihatannya sulit
dilakukan oleh beberapa teman cewek kami yang berbadan subur atau
bahasa populernya gendut. Hangatnya matahari pagi membuat kami masih
semangat melakukan pemanasan.
Pemanasan
telah selesai dan dilanjutkan dengan beberapa pesan-pesan singkat
yang disampaikan oleh pak Eko untuk segera melakukuan lari-lari kecil
di lapangan. Kemudian kami dibagi menjadi tim untuk bermain basket
melawan adik kelas kami yang baru dating, masih dengan tampang yang
kelihatannya polos tapi mereka terkenal ahli dalam bermainn basket.
Maklumlah mereka hanya mengandalkan otot mereka untuk bisa masuk
kesekolahan ini, sedangkan kami kebanyakan hanya kumpulan kutu buku
yang dikumpulkan menjadi satu dalam sebuah kelas yang bisa dikatakan
kelas unggulan oleh guru-guru kami.
TETETETTTTTT…..bel
berbunyi lagi yang menandakan jam olahraga kamim telah selesai.
Langkah kami beririringan menuju kelas, dengan aroma keringat yang
menyengat. Aku dan tetman-teman yang lain bergegas menuju kantin
untuk membel minuman ringan untuk melepaskan dahaga. Beberapa dari
kami ada yng berlarian kekelas karena jam pelajaran computer sudah
dilakukan di lab, sedangkan aku, Andrew , dan Jiho masih asyk
menghabiskan nasi pecel kami. Setelah habis langsung kami menuju
kelas yang ternyata sudah di kunci dari dalam oleh Dalbet dan Dadang.
“
he bukakno blew”, teriak kami. “ lewato jendela wae “, sahut
mereka sambil keluar dari pintu belakang kelas. Tanpa piker panjang
kami langsung lompat jendela, Jiho yang pertama, kemudian aq, dan
Andrew menyusul sambil melembai-lambaikan tangan pada pak kepala
sekolah yang meneriaki kami. Di lab computer kami melakukan praktek
pembuatan hubungan kabel LAN yang sedikit ribet. Kanan-kiri
teman-teman banyak yang mengeluh apalagi teman-teman cewk waduh minta
ampun cerewetnya.
Satu
jam kamim melakukan praktek sampai pintu lab dibuka dan muncullah pak
kepala sekolah. “ ini kelas IPA 1 ya…???”, Tanya pak kepesek
dengan nada marah. “ siapa ketua kelasnya? “, tambahnya lagi. “
saya pak “, jawab Andreas. “ tadi ada temanmu yang lompat dari
jendela menerobos masuk kedalam kelas!!, siapa mereka?? “. Kulihat
Jiho dan Andrew hanya diam saja akupun ikut-ikutan diam sambil tetap
mengotak-atik computer butut milik sekolah ini.
“tidak
ada pak kayaknya “, sahut Andreas. “ ya sudah mungkin anak kelas
lain yang melakukannya, akan bapak cari sampai ketemu!!” tegas pak
kepsek sambil keluar ruangan tanpa menutup pintu. Jiho kemudian
mendekatiku, “ piye iki..???” tanyanya seperti ketakutan. “
nggak ngerti aku dwe yo takut kok….”,sahutku juga ikut-ikutan
gemetar. Kulirik Andrew masih tenang melakukan tugasnya merangkai
kabel. Belum selesai kami ngobrol pak kepsek masuk kedalam kelas kami
lagi,” ada yang bilang kalau mereka anak kelas ini…hayo mengaku
yang merasa laki-laki harus berani tanggung jawab!!!!! “, bentak
pak kepsek.
Singkat
cerita kami bertiga akhirnya masuk ruang BP dengan orang tua
masing-masing. Ya meskipun tidak ada hukuman yang berat tapi semua
kasus-kasus yang dilakukan oleh kelas kami telah berhasil memecahkan
rekor 30 tahun anak IPA tidak pernah bermasalah di sekolah. Itulah
kami anak-anak IPA 1 SMAK Diponegoro angkatan 2008 yang akan segera
pergi meninggalkan kami dengan kenangan yang tidak akan dilupakan
oleh guru-guru kami.
Banyak
segi positif dari semua kasus yang kami alami, akhirnya kami semua
bisa akrab. Melupakan ego masing-masing dan bisa bersatu menghadapi
monster yang bernama UNAS. Yang akan kami hadapi beberapa bulan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar