Chapter
8
No
smooking
Semua
kenangan itu telah selesai kusimpan dalam memoriku, sekarang aku
sedang menikmati suasana dingin kota Apel ini. Dari tadi Markus masih
ngobrol didalam, hawa dingin semakin parah menusuk kulitku. Kulihat
disekitar sepertinya ada toko kecil dipinggir jalan. “ pak beli
rokoknya…”, “ rokok apa mas? “, Tanya penjaga took itu
kepadaku. “ surya 12 pak…”, sahutku sambil mengeluarakan
selembar uang sepuluh ribuan.
Setelah
membeli rokok aku kembali kedalam biara, kami semua disuruh masuk
kedalam kamar tamu yang sudah dipersiapkan oleh beberapa biarawati
yang umurunya kelihatan beberapa tahun diatas kami. Kamar tamu yang
terasa sangat mewah bagiku, dengan selimut-elimut yang tebal. “ wah
aku iso betah ndk sini iki …”,teriak Hendrik dan Paulus
kegirangan. “ wah biasa aja he…”,sahut markus sok dewasa.
Ruangannya
memang sangat nyaman tapi ada satu masalah yang membuat kami mersa
tidak betah. Tulisan dengan bahasa yang tidak pernah kami tahu apa
maksud dan artinya. Sebuah tulisan yang mengandung makna kekjaman
bagi orang-orang seperti kami. Bahas yang sulit dimengerti oleh
manusia manapun, dan tulisan itu adalah “ DILARANG MEROKOK
DIRUANGAN INI “. Tulisan yang selama ini tidak pernah kami lihat
sekarang berada di depan kami, sebuah tulisan yang mengekang kami
untuk melakukan kebiasaan buruk kami.
Ya
apa boleh buat akhirnya kami memutuskan untuk merokok di dalam kamar
mandi, supaya tidak keahuan. “ fuhh….ssttttt fuhhh….” Aku
menghisap rokok. Lalu tanpa sadar aku lihat keatas dan ternyata ada
lagi sesuatu yang mengerikan, membuat bulu kudukku merinding. Sesuatu
yang sama dengan yang ada diruang tengah. Sebuah tanda yang
bertuliskan “ NO SMOKING “. “ aduh kok repot banget ndk biara,
ngrokok aja dilarang….”, gumamku dalam hati.
Larangan
merokok ini teringat ketika sekolahku mengadakan live in ke jogja, ya
semacam tour untuk anak-anak liturgy dan koor, waktu itu aku masih
kelas 2 jadi masih semangat-semangatnya untuk melakukan kegiatan yang
dilakukan oleh sekolah.
Sore
hari sebelum berangkat aku dan hendrik berkumpul dirumah niko
mengumpulkan uang untuk membeli anggur merah. Kami sepakat untuk
membeli minuman keras supaya nanti ketika di dalam bus kami bisa
tidur karena pengaruhn alkoholnya. Tapi semua itu berubah ketika kami
minum rasanya tidak enk sama sekali, jadi kami hanya minum setengah
gelas saja. Dan perjalanan ke jogja sudah dimulai. Kami naik bis dan
duduk di bangku paling belakang dan measukkan sisa minuman kami
kedalam tas.
Kami
berangkat jam 12 malam, mata kami bertiga masih melek total, karena
pengaruh alkoholnya tidak membuat ngantuk tapi malah sebaliknya
membuat kami betah melek. Kulihat banyak teman-teman dan guru
pendamping sudah tidur pulas. “ aneh kok mereka bisa tidur sambil
duduk …”, bisikku dalam hati. Kulihat hendrik juga sudah mulai
gusar karena mulutnya sudah meras kering, butuh sesuatu yang bisa
dihisap. Apalagi kalau bukan benda canggih yang bernama rokok. Aku
juga merasakan hal yang sama, tapi lain dengan niko anak ini bukan
perokok jadi ya masih tenang-tenang sambil mainin hape bututnya.
Aku
coba memejamkan matta berkali-kali tapi masih tidak bisa. Hendrik
sudah mulai kebingungan lirik kanan kiri, dan niko masih asyk bermain
hapenya. Sedangkan oh iya masih ada yang lain, Andrew juga sudah
bangun dia asyk membersihkan kamera digitalnya yang sangat mini
berwarna kusam itu.
“
blew gimana nih aku wes kecut puol…pengen ngrokok “, bisik
hendrik padaku. “ yow sama le…tapi tuh lihat pak guru
didepanmu..”,tanganku mengarah pada guru tua yang gemuk dan
berwarna hitam pekat.
“
ow iyo lupa aku…”, hendrik kecewa.
“
ya kalau mau nekat tuh ndk ruangan merokok kalau berani
tapi….”,bisikku lagi.
“
gak wes…..tak tdur aja….”, sahut hendrik pelan.
Matahari
sudah bangun saat kami sudah masuk ke wilayah jogaja utara, nggak
tahu namanya aku…( he..he maklum…). Bus pun berbelok memasuki
sebuah gereja yang sebagian besar sudah hancur karena gempa jogaja
yang konon terjadi karena efek ledakan nuklir di pantai. Tapi
kebanyakan orang percaya gempa di jogja karena ada tokoh maklhuk
halus kepercayaan orang jawa yang sedang marah. Tapi semua itu tak
membuatku untuk takuat atau ngeri, justru yang membuatku takut
bagaimana caranya kami membuang sisa minuman keras yang masih berada
didalam tasku.
********
TOK…TOK…
pintu kamar mandi diketuk yang membuyarkan lamunanku akan pengalaman
di jogja. “ lama banget kamu ton ndk dalam, buang air atau lag
o*&6*8ni kau..? ”, suara Paulus kayaknya. “ iya-iya
sebentar…ngganggu orang asyk aja …!”,teriakku sambil membuka
pintu yang disambut gigi wana kuning milik paulus. “ he..he ayo mau
makan malam nih udah ditunggu sama suster ndk dapur…”, hibur
Markus sambil menarik bajuku seperti tahanan yang baru ketangkep
basah dikamar mandi. “ makan malam…wuih ..he ayo
kabeh…suweee…!!”, eriak palulus dari tadi sepertinya paling
nggak sabaran.
**********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar