NEW
YORK – Paus Pius XII, paus kontroversial dalam era Perang Dunia II
mungkin saja telah menyelamatnya ribuan orang Yahudi dengan diam-diam
mengamankan visa mereka sehingga mereka bisa lolos dari Nazi Jerman,
kata seorang sejarawan.
Paus
Pius XII, yang dijuluki "Pausnya Hitler" oleh Yahudi karena diam saja
pada saat terjadi Holocaust. Banyak yang mengatur eksodus sekitar
200.000 Yahudi dari Jerman hanya tiga minggu setelah "Kristallnacht,"
ketika – menurut Yahudi – "ribuan" orang Yahudi dikirimkan ke kamp
konsentrasi.
Klaim
tersebut dikeluarkan oleh Dr. Michael Hesemann, seorang sejarawan
Jerman yang melakukan penelitian di Vatikan untuk Pave the Way
Foundation, sebuah kelompok antar-agama yang berbasis di AS.
Ia
mengatakan bahwa Kardinal Eugenio Pacelli – yang nantinya dikenal
sebagai Pius XII – menulis surat kepada para uskup agung Katolik di
seluruh dunia dan mendesak mereka mengajukan visa untuk pada "Katolik
non-Arya" dan Yahudi yang memeluk Kristen yang ingin meninggalkan
Jerman.
Elliott
Hershberg, ketua Pave the Way Foundation, mengatakan: "Semua bukti yang
kami temukan sejauh ini mengindikasikan bahwa persepsi negatif yang
diarahkan kepada Paus Pius XII tidaklah benar."
Pius XII dikritik karena dianggap tidak secara eksplisit mengecam Holocaust, rezim Nazi, atau mengucilkan Hitler.
Dr.
Hesemann mengatakan bukti tambahan itu mengindikasikan bahwa visa
tersebut akan diberikan kepada Yahudi pada umumnya yang putus asa
menghindari kejaran Nazi.
"Fakta
bahwa surat ini membicarakan mengenai Yahudi yang telah berpindah
keyakinan dan Katolik non-Arya tampaknya memang hanya selubung belaka,"
kata Dr. Hesemann.
"Pacelli
harus memastikan bahwa mereka tidak menyalahgunakannya untuk
propaganda, sehingga mereka bisa mengklaim bahwa gereja adalah sekutu
Yahudi."
Imbauan dari Kardinal Pacelli tertanggal 30 November 1938, 20 hari setelah "Kristallnacht".
Kardinal
Pacelli bisa mengajukan visa tersebut karena adanya konkordat yang ia
tandatangani pada 1933 dengan Nazi yang secara spesifik berisi
perlindungan terhadap Yahudi yang berpindah keyakinan menjadi Kristen.
Pada
bulan Desember, Paus Benediktus XVI menempatkan Pius satu langkah lebih
dekat dengan gelar santo saat ia menyebut Pius orang yang patut
dimuliakan, yang berarti gereja yakin Pius menjalani kehidupan heroik
yang penuh kebenaran. Diperlukan dua keajaiban untuk melakukan
kanonisasi dan menahbiskan Pius sebagai santo, dan Vatikan tengah
menyelidiki salah satu yang tidak dapat dipahami.
Sejumlah
kelompok Yahudi ingin agar proses tersebut dibekukan hingga Vatikan
siap membongkar arsip rahasianya pada 2014 mendatang.
Sir
Martin Gilbert, seorang sejarawan Inggris dan seorang pakar Holocaust
terkemuka dunia mengatakan bahwa Paus Pius XII seharusnya dianggap
sebagai "orang kafir non-Yahudi yang berbudi" oleh Yad Vashem, otoritas
Israel untuk mengenang Holocaust.
Matteo
Luigi Napolitano, profesor ilmu politik di Universitas Urbino Italia,
mengatakan kepada situs Katolik, Zenit, bahwa salah satu surat
tertanggal 9 Januari 1939 tersebut bahkan lebih eksplisit.
Surat
tersebut juga dikirimkan ke lebih dari 60 prelatur dan instruksinya,
yang dituliskan dalam bahasa Latin berbunyi: "Jangan pernah meragukan
niatan Tahta Suci dan pemikiran-pemikiran Eugenio Pacelli," kata sang
cendekiawan.
Surat
tersebut, katanya, berisi: "Jangan hanya terlibat dalam penyelamatan
orang Yahudi saja, tapi juga sinagog, pusat-pusat budaya, dan segala hal
yang ada hubungannya dengan keyakinan mereka: gulungan Taurat,
perpustakaan, pusat budaya dan lain-lain."
Menurut
yayasan itu, penjelasan ini amat penting, karena banyak sejarawan yang
hanya mengakui upaya Paus Pius XII menyelamatkan Yahudi yang berpindah
keyakinan, namun bukti yang ada agaknya menunjukkan hal yang tidak
seperti itu.
Yayasan
itu menambahkan, "Karena ada banyak pengkritik paus ini yang belum
menerima ancaman Nazi yang terbukti terhadap negara Vatikan dan juga
nyawa Paus Pius XII secara langsung, mereka agaknya tidak paham bahwa
berbohong itu ada perlunya untuk mengirimkan pesan dan memberikan
petunjuk verbal."
"Istilah
Katolik non-Arya, non-Arya, dan Yahudi Katolik semuanya bermakna
Yahudi. Jika dokumen-dokumen yang ada terbongkar, kebohongan ini akan
memantik kewaspadaan karena konkordat yang ditandatangani pada 1933
secara spesifik memaparkan mengenai perlindungan terhadap Yahudi yang
memeluk Kristen," tambah yayasan tersebut.
Ronald
Rychlak, penulis buku "Hitler, Perang, dan Paus" mengakui bahwa
penemuan yayasan tersebut "adalah pembenaran lain tentang kebaikan Paus
Pius XII dan Gereja Katolik."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar