Menggugat Jenis Kelamin Tuhan

Pernahkah anda berpikir apa jenis kelamin Tuhan? Laki-laki atau perempuan? Maaf anda jangan marah dulu. Saya tidak bermaksud menghina Islam. Kebetulan otak saya sedang berputar. Sedang berpikir mengalir apa adanya. Apakah saya salah? Terserah.

Mari kita perhatikan beberapa ayat Alquran berikut:


  • Kawinilah wanita yang kamu senangi dua, tiga atau empat (QS.4:3)
  • mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli. (QS. 52:20)
  • Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan. (QS. 52:24)
  • Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya, .. (QS. 37:48)
  • …. demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari. (QS. 44:54)
  • Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. (QS. 55:56)
  • dan gadis-gadis remaja yang sebaya (QS. 78:33)
  • Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, .. (QS. 56:22)
  • Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. (QS. 56:35)
  • … dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, .. (QS. 56:36)

Nah itulah beberapa ayat Alquran yang saya kutip.

Sejauh ini, saya belum menemukan ada ayat Alquran tentang pangeran sebagai imbangan dari sosok ideal idaman perempuan. Sejauh ini saya tidak menemukan ayat yang menggambarkan tentang surga yang menggiurkan bagi perempuan sehubungan dengan gender. Sehubungan dengan seksualitas untuk perempuan.

Apalagi bila dikaitkan dengan berbagai aturan hukum dan tata cara pelakasanaan ritual ibadah yang juga berpihak pada laki-laki dari sisi kehormatan dan kekuasaan. Misalnya menghormati seorang suami lebih utama dari pada menghormati orang tuanya sendiri bagi seorang isteri. Laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan.

Perempuan tidak boleh menjadi imam dalam sholat. Perempuan harus berada di belakang barisan (saf) laki-laki dalam sholat. Untuk menjadi saksi nilai laki-laki 1 banding 2 dengan perempuan. Jika mengganti saksi seorang laki-laki dengan perempuan maka jumlah perempuannya harus menjadi 2 orang. Jika hendak mengadakan ritual aqiqah atas kelahiran anak laki-laki harus disembelih dua ekor kambing. Tapi sebaliknya jika terhadap anak perempuan cukup menyembelih 1 ekor saja. Dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya yang tidak mungkin saya tuliskan satu persatu.

Nah apa arti semua ini?

Sebagian mufassir (penafsir Alquran) menafsirkan bahwa ada bias gender dalam ajaran Islam. Ada bias kelamin. Ada hegemoni laki-laki atas perempuan.

Meskipun ada surat khusus tentang perempuan dalam Alquran (an nisa), tapi konteksnya di situ lebih pada kemuliaan sosok perempuan. Tapi bukan dalam posisi tawarnya terhadap laki-laki. Bukan dalam hubungannya menyangkut hak dan kekuasaan.

Dengan kata lain, isu ini oleh sebagian penafsir Alquran melambangkan bahwa Tuhan dalam Alquran identik dengan Tuhan yang memihak pada laki-laki. Singkat kata, secara simbolis, seakan gender Tuhan adalah laki-laki.

Nah, sekarang bagaimana menurut anda?

Ahli Waris: Erianto Anas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar