Pergaulan Bebas

maraknya pasangan sejenis di kota ini seperti telah menjadi rahasia umum, apalagi dikalangan mahsiswa. mereka seakan berdiam diri dan menganggap fenomena ini hanya fenomena biasa. mungkin bagi golongan intelektual seperti para mahasiswa hal ini bisa dikategorikan hal wajar selam tidak menganggu urusan masing-masing. tapi menurut kalangan non-intelekual seperti para penduduk kampung, tukang becak, pemuka agama dan sebagainya, mungkin hal ini masih dianggap tabu apalagi dengan budaya yang kita miliki sekarang ini.
kemesraan pasangan sejenis
fenomena ini biasanya terjadi pada kaum hawa, karena mereka mengalami kejadian trauma yang sangat mendalam terhadap lawan jenisnya ( cowok ). kejadian-kejadian itu sangat menakitkan bagi mereka , hal ini dimaklumi karena wanita sangat sensitif dalam hal perasaannya.

seperti yang telah dilansir dari dari beberapa teman mahasiswa, memang fenomena ini sekarang sedang marak-maraknya di kampus-kampus kecil hingga kampus-kampus negeri lainnya.

tidak aneh apabila fenomena seperti ini terjadi, karena semakin pesatnya kemajuan teknologi dan pengaruh budaya barat tentang kebebasan berhubungan atau yang lebih parah kebebasan berhubungan intim, dengan alasan saling suka dan saling membutuhkan. bayak kejadian di luar dugaan, banyak mahasiswi hamil diluar nikah tanpa tahu siapa ayah dari si jabang bayi. ada mahasiswi yang tidak berani pulang ke kampung halaman karena sedang bingung ketika memiliki bayi yang tidak jelas siapa ayahnya.
pasangan sejenis

yang lebih memprihatinkan lagi adalah sisww SMA sudah banyak yang sudah tidak lagi perawan dan diperparah lagi hal ini terjadi ketika masih duduk dibangku kelas 1SMA.

Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring merasa prihatin dengan semakin maraknya peredaran pornografi di kalangan remaja dan anak-anak. Bahkan, Komisi Perlindungan Anak (KPA) mengungkapkan 97 persen remaja pernah menonton atau mengakses pornografi. Pula didapatkan, sebanyak 62,7 persen remaja pernah melakukan hubungan badan atau dalam istilah remaja ML (making love).
“Survei KPA yang dilakukan terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar seluruh Indonesia juga menemukan 93 persen remaja pernah berciuman, dan 62,7 persen pernah berhubungan badan, dan 21 persen remaja telah melakukan oborsi,” ujar Tifatul dalam siaran persnya di Jakarta, Minggu (9/5/2010).
“Ini sangat memprihatinkan, saya minta semua pihak ikut mendukung upaya pembatasan distribusi konten negatif, baik melalui internet, maupun dunia perfilman. Semuanya harus terlibat menjaga generasi muda kita,” ujar Tifatul.
Menkominfo juga menyatakan, pertarungan antar nilai-nilai budaya, pengaruh asing, setiap hari terus berlangsung, sehingga bangsa ini harus menjaga kekokohan nilai-nilai karakter bangsa. Jika tidak, maka Indonesia akan kehilangan identitas sebagai bangsa besar.
“Penyebaran konten negatif tersebut banyak disalurkan melalui sarana IT, terutama konten asing yang dijual kepada kita, bahkan konten tersebut banyak yang merusak nilai-nilai budaya bangsa,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar