Di
muka pengadilan, jemaat berusaha membela Petrus, berkata bahwa ia tidak
melakukan apapun yang jahat. Tapi Petrus menenangkan mereka dan berkata
bahwa ia siap mengikuti jalan sengsara bersama Yesus. Ia pun meminta
untuk dihukum mati dengan cara disalib terbalik, kepala di bawah, kaki
di atas. Ini sebagai wujud penghayatannya akan keberdosaan manusia yang
bagai hidup terbalik, benar menjadi salah, salah menjadi benar. Hanya
melalui Kristus, yang salib-Nya berdiri tegak, manusia bisa diselamatkan
dari dosa.
Kisah kematian Petrus ini
membuat simbol salib terbalik dikenal simbol Salib Petrus. Simbol ini
dapat ditemukan di kursi yang biasa diduduki oleh Paus. Simbol ini juga
dapat ditemukan di beberapa gereja non-Katolik, seperti di logo Gereja
Metodist Santo Petrus di Ocean City, New Jersey, Amerika Serikat atau di
atap gedung Gereja Lutheran Veitsiluoto di Kemi, Finlandia. Sayangnya,
belakangan ini simbol ini malah lebih dikenal sebagai simbol Setan atau
anti-Kristus.
Para
ahli sejarah memperkirakan kematian Petrus terjadi di pertengahan tahun
60-an. Kitab Yohanes mencatat bahwa sekitar 30 tahun sebelumnya,
setelah Yesus bangkit tapi sebelum Dia naik ke Sorga, kematian Petrus
sudah dinubuatkan (Yohanes 21:18-19). Yesus kaitkan kematian ini dengan
kemuliaan-Nya dan panggilan bagi Petrus untuk mengikut Dia. Di berbagai
bagian lain di Alkitab, mengikut Tuhan juga secara konsisten dikaitkan
dengan penderitaan (lihat misalnya Lukas 9:23, 2 Timotius 2:3, 1 Petrus
2:18-25).
Korelasi antara mengikut
Tuhan dengan penderitaan dan pengorbanan menjadi jelas kalau kita ingat
akan teladan hidup Yesus. Dia berkorban meninggalkan Sorga untuk menjadi
manusia, melayani manusia dan akhirnya mengorbankan diri menanggung
penderitaan salib. Sebagai orang-orang yang mengaku pengikut-Nya, jangan
heran kalau Tuhan juga mempercayakan banyak kesusahan bagi kita ketika
kita berjalan bersama-Nya. Ketika kita melayani-Nya, mengerjakan
agenda-Nya bagi dunia. Kesusahannya mungkin berupa cibiran,
diskriminasi, fitnah, ketidak-nyamanan, dsb. Tapi kalau kita mau tetap
setia di tengah itu semua, percayalah bahwa rencana Tuhan akan
digenapkan, nama-Nya dimuliakan dan kita kelak akan mendapat sukacita
kemuliaan bersama-Nya di kekekalan. (ALS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar